Bun, merasakan nggak, sih? ketika sedang hamil biasanya banyak sekali hal-hal yang menjadi pantangan yang biasanya disebut mitos. Nggak boleh ini, nggak boleh itu, nggak boleh begini, nggak boleh begitu, dan lain sebagainya. Terkadang terkait mitos pindahan rumah saat hamil, nggak jarang ada ibu hamil yang memberontak. Kasarnya, “Pantangan ada hanya untuk dilanggar”.
Selian itu, biasanya orang tua hanya melarang tanpa menjelaskan alasan yang logis. Hal ini justru membuat sangsi atau ragu, bukan? Bahkan timbul skeptis, “Halah, mitos doang!” Nah, sebenarnya, nih, di balik mitos pindahan rumah saat hamil itu ada alasan-alasan yang bisa diterima oleh akal dan pikiran kita, lho. Apa saja? Kamu bisa membaca penjelasannya di bawah ini, ya!
Mitos Pindahan Rumah Saat Hamil, Ini Dia Fakta Sebenarnya!
Sebenarnya di balik mitos pindahan rumah saat hamil nggak lain dapat menimbulkan stress dan cemas. Oleh karena itu, wanita yang sedang hamil dilarang ikut andil saat proses pindah rumah. Hal ini menjadi pertimbangan utama. Karena stress dan cemas dapat mempengaruhi kesehatan bayi yang berada di dalam kandungan.
Ada pun penyebabnya dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama perubahan fisik dan emosi sehingga stress dan cemas tersebut muncul, bahkan dapat meningkat. Nah, agar lebih jelas lagi di bawah ini terdapat fakta-fakta yang menjadi alasan ibu hamil nggak dianjurkan untuk pindahan rumah.
Faktor Lingkungan Baru
Pertama, faktor lingkungan baru merupakan fakta lain dari pindahan rumah saat hamil. Faktor ini didasari oleh ketidakpastian lingkungan baru tersebut. Misalnya akses jalan menuju tempat layanan medis yang belum familiar. Bahkan, fasilitas layanan medis yang kurang memadai.
Nah, hal ini merupakan alasan kuat di balik mitos pindahan rumah saat hamil. Bisa kamu bayangkan, misal sedang hamil, kemudian akses jalannya belum hafal, lalu fasilitas layanan medis terdekat pun kurang memadai, nah bisa terbayang betapa ribetnya, bukan?
Masih Memerlukan Dukungan Sosial
Fakta selanjutnya dari mitos pindahan rumah saat hamil yaitu faktor dukungan sosial. Seperti yang penulis sebutkan di point sebelumnya bahwa ibu hamil itu rentan terhadap stress. Nah, oleh karena itu, ibu hamil perlu sekali dukungan sosial selama kehamilan dari orang-orang terdekat. Hal ini perlu ditimbang baik-baik, apalagi kalau pindah rumahnya jauh.
Ada dampak yang dapat mempengaruhi psikis sang ibu dan bayi yang ada di dalam kandungannya. Dampaknya yaitu kalau nggak ada dukungan sosial, bisa timbul perasaan seperti merasa terisolasi atau kesepian pada diri ibu hamil. Ujung-ujungnya stress juga. Sementara itu, ibu hamil dianjurkan untuk terhindar dari stress.
Terkait Keamanan dan Kenyamanan Selama Proses Pindah Rumah
Fakta dari pindahan rumah saat hamil yang ketiga yaitu seorang ibu yang sedang mengandung, geraknya terbatas. Dengan kata lain, nggak lebih aktif dari seorang ibu yang nggak mengandung. Kenapa? Sudah tentu di dalam ada janin. Nah, kalau sudah begitu, bagi ibu hamil perlu banget yang namanya aman dan nyaman.
Hal tersebut sama halnya dengan barang yang dibawa. So, bukan hanya ibu hamil saja yang perlu keamanan dan kenyamanan, melainkan barang yang dipindahkan pun demikian. Sebenarnya ada solusi agar barang pindahan dapat terjamin keamanan dan kenyamanannya. Apa itu solusinya? Solusinya yaitu dengan menggunakan jasa pindahan rumah dari Ekspedisi Kargo.
Di Ekspedisi Kargo, kamu akan mendapatkan pelayanan yang dijamin aman dan nyaman. Aman dan nyaman karena Ekspedisi Kargo memiliki SOP yang memperlakukan barang dengan sebaik-baiknya. Jadi, tim Ekspedisi Kargo nggak bekerja asal-asalan terhadap pemindahan barang-barang kamu.
Selain itu, tim Ekspedisi Kargo sudah terlatih dan dibekali berbagai teknik khusus dalam menyikapi barang. Dengan kata lain, menggunakan teknik pemindahan barang sesuai dengan jenis barangnya. Nah, sebab itulah Ekspedisi menjamin keamanan dan kenyamanan selama proses pindahan rumah.
Nah, seperti itulah artikel dengan judul Mitos Pindahan Rumah Saat Hamil, Ini Dia Fakta Sebenarnya! So, di balik mitos pindahan rumah saat hamil itu memiliki alasan yang sebenarnya logis. Namun, terkadang orang tua hanya melarang atau mengatakan pamali tanpa adanya alasan.